Tim Horas USU Juara Kontes Inovasi Mobil Internasional

Tim Horas USU Juara Kontes Inovasi Mobil Internasional

Tim Horas dari Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan salah satu tim yang berhasil menang dalam rangkaian kontes Shell Eco Maraton di Manila, Filipina dan berhasil memperoleh juara dua. Tim Horas merupakan salah satu tim dari Indonesia selain tim lainnya yang juga berasal dari berbagai universitas seperti Universitas Indonesia, Universitas Sebelas Maret, Universitas Negeri Jakarta dan Institut Teknologi Bandung.

“Salah satu spesialisasi produk kami adalah mobil dengan bahan bakar etanol,” kata Arie Matius Bangun, Mahasiswa USU di kantor presiden, Jakarta, Rabu (30/9).

Mobil dengan bahan bakar etanol ini dikonsepkan sebagai city car dengan tiga roda. Produk seperti ini kata dia cocok dimanfaatkan untuk konteks kehidupan urban.

Mahasiswa tingkat akhir tersebut mengatakan hasil penelitian mereka didukung oleh pemerintah setempat dan industri lokal sehingga bisa turut dalam kontes berskala internasional tersebut. Namun dia berharap, kampusnya bisa makin didukung pemerintah dalam hal peralatan laboratorium dan komputerisasi yang mendukung riset-riset dan penelitian yang mereka lakukan.

Sementara Dosen Fakultas Teknik Mesin USU, Dr. Himsar Ambarita yang turut mendampingi mengatakan selama ini dengan adanya kekurangan peralatan disikapi para mahasiwa dengan membuat alat rakitan sendiri. Himsar berharap kreatifitas dan inovasi para mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi bisa diakoodir dengan fasilitas yang memadai.

“Alat-alat di lab sudah cukup tua, mereka (mahasiswa) harus begadang membuat (alat) handmade,” kata Himsar.

Bahkan kata dia tak jarang peralatan yang digunakan masih produk tahun 1970 hingga 1980-an.

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M.Nasir mengakui hambatan para inovator muda dalam riset adalah kurangnya infrastruktur di kampus mereka. Menurut Nasir salah satu contoh laboratorium yang paling memadai untuk riset jenis mesin adalah milik Instituk Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.

“Hambatan terbesar adalah infrastruktur di masing-masing perguruan tinggi,” kata M.Nasir juga di kantor presiden, Jakarta.

Oleh karena itu fasilitas belajar dan penelitian laboratorium kata dia harus terus dikembangkan sehingga prestasi-prestasi bisa “ditelurkan”. Lebih jauh setelah selesai dalam hal riset, hasil inovasi para mahasiswa itu diharapkan bisa mencapai level 7 yang akan bisa diaplikasikan dalam industri.

“Harapan kami pada akhirnya bisa gandeng industri dan saya mohon para pembibing bisa mendorong hal ini,” kata Nasir.